Abstract
Now that our earth had
reached its bad condition, people have been rethink about what should they do
to stop and to heal from its bad condition and to save every little being in
nature that have been damaged by people themselves. Go Green, it was the label
added in every activity or something related to Environmental Friendly. Now,
environmental friendly concept has attended in Business department. People in
business world aware that their participation in their business activity needs
to add the Go Green label as well. Whether it surely just for the profit
purpose or really to save the earth, or both we can’t judge.
Pendahuluan
Isu Global Warming dan
berbagai cara menanggulanginya atau yang disebut dengan Go Green tentu sudah
menjadi topik dunia, tidak terkecuali dalam dunia bisnis. Konsep Go Green atau
Ramah lingkungan menjadi terobosan baru dalam strategi berbisnis. Betapa tidak,
secara umum, jika sebuah proses bisnis menggunakan lebih sedikit sumber daya
maka dampak kerusakan lingkungan juga berkurang. Sebagai contoh jika sebuah
perusahaan mengurangi penggunaan bahan pembungkus maka bukan hanya biaya bahan
pembungkusan saja yg tereduksi tapi unit yang di angkut ke dalam truk juga
semakin banyak, maka biaya pengangkutan dan polusi yang disebabkan oleh mobil
pengangkut tersebut juga terkurangi.
Industri identik dengan
persoalan limbah yang dihasilkannya, limbah adalah bukti bahwa perusahaan tersebut
berjalan. Namun berkenaan dengan keadaan alam yang tidak semakin membaik
membuat mereka memutar otak agar menemukan cara yang tepat untuk terus tetap
menjalankan bisnis mereka tanpa harus merusak alam lebih jauh.
Perusahaan yang ideal
tidak lagi mengutamakan kepentingan mencari profit semata saja. People, Planet,
profit adalah tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam
berbisnis saat ini. Tidak hanya menyambar ‘profit’ ketika tugas memenuhi
kebutuhan ‘people’ saja namun mereka juga harus menjalankan kewajibannya untuk
menjaga ‘planet’.
Sayangnya di Indonesia
perusahaan yang ada belum menunjukkan retribusi mereka dalam penyelamatan bumi,
lain halnya di luar negeri konsep bisnis semacam ini telah berkembang cukup
jauh.
Sebut saja perusahaan computer
kenamaan Dell, pada tahun 2009 TBR (Technology Business Research) mengumumkan
bahwa pihak Dell menempati posisi pertama sebagai perusahaan yang menerapkan
Green Computing. Green computing adalah studi dan praktik sumber daya berbasis computer
yang ramah lingkungan. Pabrik mereka memproduksi computer yang merefleksikan
konsep kebutuhan people, profit and planet. Berbeda dengan Dell yang
memproduksi green computer, IBM dengan posisi keduanya menerapkan konsep hemat energi
dan air yang tentunya sangat bermanfaat. Menurut sumber dari IBM, pada tahun
yang sama (2009) IBM berhasil menghemat sekitar 4.6 Milyar KWh energi listrik
dan mencegah emisi hampir sebanyak 3.000.000 ton2
karbondioksida. Bayangkan betapa besar dampak yang dihasilkan oleh beberapa
perusahaan saja, penerapan bisnis seperti ini seharusnya dijalankan oleh semua
perusahaan yang ada di dunia.
Tulisan di atas adalah
latar belakang mengapa Bisnis Ramah Lingkungan yang saat ini cukup popular harus
diperhatikan dan diterapkan dalam dunia bisnis. Lalu apa sebernanya Green
Business tersebut?
Pembahasan
Menurut literatur, “Greening business management” adalah strategi pengelolaan
lingkungan yang terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisai, sistem
dan budidaya dalam suatu kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati
seluruh peraturan tentang pengelolaan limbah, penggunaan sumberdaya alam yang
efektif, penggunaan teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta
menerapkan komitmen kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam
organisasinya, atau secara singkat dapat dicerna sebagai pengelolaan bisnis
yang dapat mempertanggungjawabkan kegiatan bisnisnya kepada seluruh pihak baik
konsumen, karyawan, pemerintah maupun alam.
Menurut jurnal yang menjadi rujukan paper ini secara mendasar
terdapat lima langkah pada masing – masing fase, misalnya input, proses,
output, lingkungan eksternal dan marketing (Briyan Titley, 2008). Untuk menjadi
benar – benar “Hijau”, perusahaan tidak hanya menerapkan praktik berbisnis yang
lebih bersih saja, akan tetapi juga harus memiliki komunikasi yang lebih baik
dengan kostumer agar produk mereka lebih dikenal dan menempati posisi unggulan
di pasaran sebagai produk yang ramah lingkungan. Di bawah ini menunjukan
lima langkah praktik Green Business:
input: berupa sumber daya yang dapat diperbarui dan material yang dapat didaur ulang.
proses: menggunakan sumber energi alternatif, dan menekan penggunaan energi.
output: menghasilkan green product/service.
proses: menggunakan sumber energi alternatif, dan menekan penggunaan energi.
output: menghasilkan green product/service.
marketing: menambahkan green label dan kompetisi keunggulan produk.
lingkungan eksternal: mengurangi limbah emisi karbon yang berbahaya bagi alam.
Setelah mengetahui
langkah – langkah dalam bisnis “Hijau” kita juga perlu mengetahui tingkat
kehijauan dalam bisnis, seperti:
Tingkat 1, adalah
perusahaan yang memproduksi produk – produk dan jasa yang bermanfaat bagi lingkungan.
Tingkat 2, adalah
perusahaan yang telah mengambil langkah dalam mengganti produk dan/atau proses
mereka dalam memproduksi ke dalam cara yang lebih ramah lingkungan.
Dan Tingkat yang paling
terakhir adalah perusahaan – perusahaan yang telah melakukan perbaikan dalam
bidang efisiensi proses atau mengganti imej brand mereka menjadi brand yang
benar – benar hijau mulai dari bahan hingga proses yang di tempuh untuk menghasilkan
suatu produk atau jasa.
Tanggapan Pasar
Bersamaan dengan
kesadaran akan perubahan iklim yang tidak teratur sekarang ini, semua pihak
mendambakan sebuah perubahan dalam kehidupan mereka yang dapat sedikit demi sedikit
mengurangi kerusakan alam yang menjadi penyebab berbagai bencana yang melanda. Para
investor mempunyai cara yang berbeda dalam menanggapi hal ini, mereka mulai
bergerak dengan meninvestasikan asset mereka ke dalam industri yang dapat
menjaga lingkungan tetap terjaga. Berbeda dengan para investor, kebanyakan kostumer
tidak membelanjakan uang mereka untuk produk yang “hijau”. Mereka menanggap
bahwa label “Hijau” pada suatu produk hanya sebagai bonus tambahan karena
mereka masih mengutamakan konsep harga, kenyamanan dan performansi dari produk
tersebut daripada label “hijau”nya. Sebagai contohnya adalah penggunaan kertas
hasil daur-ulang. Masyarakat masih enggan menggunakan produk kertas dari hasil
daur ulang karena masih mementingkan kenyamanan dan tingkat artistik, kertas
daur ulang memang kurang performansinya daripada kertas baru karena mungkin
lebih kasar atau memiliki warna yang kurang menarik sehingga permintaan pasar
atas kertas baru masih sangat tinggi. Di sini lah letak permasalahan yang harus
di taklukan agar masyarakat mau beralih pada produk yang “hijau” namun produk
tersebut memenuhi standar permintaan mereka.
Setelah mampu memenuhi
permintaan pasar tentang produk yang ideal, ada beberapa strategi yang harus
dijalankan dalam menjalankan bisnis yang benar – benar ramah lingkungan. Langkah
yang harus ditempuh adalah mengubah perusahaan ke dalam tingkat teratas
klasifikasi perusahaan ramah lingkungan yang dapat dilakukan dengan cara:
1.
Mempunyai prinsip yang benar – benar menjunjung
tinggi konsep Environment Friendly dalam setiap visi dan misi perusahaan dalam
berbisnis.
2.
Memiliki proses bisnis ramah lingkungan.
Misalnya menerapkan teknologi ramah lingkungan, memanfaatkan energy alternatif,
menekan konsumsi energi, dan mengurangi emisi.
3.
Menghasilkan produk yang tidak berbahaya
untuk alam atau bahkan memproduksi barang yang bisa didaur ulang sehingga dapat
digunakan kembali.
4.
Mengadakan promosi dan pendekatan
terhadap konsumen sehingga mereka mau menggunakan produk ramah lingkungan.
Kesimpulan
Bisnis
dengan konsep ramah lingkungan memang belum diterapkan di semua industri yang
ada di dunia. Dalam kaitannya menjaga dan melestarikan lingkungan, konsep “Go
Green” adalah satu – satunya cara dalam berbisnis untuk mereduksi limbah yang
dihasilkan.
References:
Dr.
Sajal Kabiraj. Going Green: A Holistic Approach to Transform Business.
(Journal). Avalaible on Proquest [Last visited on November 2012]
David
G. Mandelbaum. Seeing Green: Environmental Friendliness as a Business Strategy.
(Article 2008). Available on Proquest [Last visited on November 2012)