Jumat, 16 November 2012

Environmentally Friendly Business


Abstract
Now that our earth had reached its bad condition, people have been rethink about what should they do to stop and to heal from its bad condition and to save every little being in nature that have been damaged by people themselves. Go Green, it was the label added in every activity or something related to Environmental Friendly. Now, environmental friendly concept has attended in Business department. People in business world aware that their participation in their business activity needs to add the Go Green label as well. Whether it surely just for the profit purpose or really to save the earth, or both we can’t judge.

Pendahuluan
Isu Global Warming dan berbagai cara menanggulanginya atau yang disebut dengan Go Green tentu sudah menjadi topik dunia, tidak terkecuali dalam dunia bisnis. Konsep Go Green atau Ramah lingkungan menjadi terobosan baru dalam strategi berbisnis. Betapa tidak, secara umum, jika sebuah proses bisnis menggunakan lebih sedikit sumber daya maka dampak kerusakan lingkungan juga berkurang. Sebagai contoh jika sebuah perusahaan mengurangi penggunaan bahan pembungkus maka bukan hanya biaya bahan pembungkusan saja yg tereduksi tapi unit yang di angkut ke dalam truk juga semakin banyak, maka biaya pengangkutan dan polusi yang disebabkan oleh mobil pengangkut tersebut juga terkurangi.
Industri identik dengan persoalan limbah yang dihasilkannya, limbah adalah bukti bahwa perusahaan tersebut berjalan. Namun berkenaan dengan keadaan alam yang tidak semakin membaik membuat mereka memutar otak agar menemukan cara yang tepat untuk terus tetap menjalankan bisnis mereka tanpa harus merusak alam lebih jauh.
Perusahaan yang ideal tidak lagi mengutamakan kepentingan mencari profit semata saja. People, Planet, profit adalah tiga hal utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam berbisnis saat ini. Tidak hanya menyambar ‘profit’ ketika tugas memenuhi kebutuhan ‘people’ saja namun mereka juga harus menjalankan kewajibannya untuk menjaga ‘planet’.
Sayangnya di Indonesia perusahaan yang ada belum menunjukkan retribusi mereka dalam penyelamatan bumi, lain halnya di luar negeri konsep bisnis semacam ini telah berkembang cukup jauh.
Sebut saja perusahaan computer kenamaan Dell, pada tahun 2009 TBR (Technology Business Research) mengumumkan bahwa pihak Dell menempati posisi pertama sebagai perusahaan yang menerapkan Green Computing. Green computing adalah studi dan praktik sumber daya berbasis computer yang ramah lingkungan. Pabrik mereka memproduksi computer yang merefleksikan konsep kebutuhan people, profit and planet. Berbeda dengan Dell yang memproduksi green computer, IBM dengan posisi keduanya menerapkan konsep hemat energi dan air yang tentunya sangat bermanfaat. Menurut sumber dari IBM, pada tahun yang sama (2009) IBM berhasil menghemat sekitar 4.6 Milyar KWh energi listrik dan mencegah emisi hampir sebanyak 3.000.000 ton2 karbondioksida. Bayangkan betapa besar dampak yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan saja, penerapan bisnis seperti ini seharusnya dijalankan oleh semua perusahaan yang ada di dunia.
Tulisan di atas adalah latar belakang mengapa Bisnis Ramah Lingkungan yang saat ini cukup popular harus diperhatikan dan diterapkan dalam dunia bisnis. Lalu apa sebernanya Green Business tersebut?

Pembahasan

 Menurut literatur, “Greening business management” adalah strategi pengelolaan lingkungan yang terpadu yang meliputi pengembangan struktur organisai, sistem dan budidaya dalam suatu kompetensi hijau dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh peraturan tentang pengelolaan limbah, penggunaan sumberdaya alam yang efektif, penggunaan teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta menerapkan komitmen kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam organisasinya, atau secara singkat dapat dicerna sebagai pengelolaan bisnis yang dapat mempertanggungjawabkan kegiatan bisnisnya kepada seluruh pihak baik konsumen, karyawan, pemerintah maupun alam.

Menurut jurnal yang menjadi rujukan paper ini secara mendasar terdapat lima langkah pada masing – masing fase, misalnya input, proses, output, lingkungan eksternal dan marketing (Briyan Titley, 2008). Untuk menjadi benar – benar “Hijau”, perusahaan tidak hanya menerapkan praktik berbisnis yang lebih bersih saja, akan tetapi juga harus memiliki komunikasi yang lebih baik dengan kostumer agar produk mereka lebih dikenal dan menempati posisi unggulan di pasaran sebagai produk yang ramah lingkungan. Di bawah ini menunjukan lima langkah praktik Green Business:

input: berupa sumber daya yang dapat diperbarui dan material yang dapat didaur ulang.
proses: menggunakan sumber energi alternatif, dan menekan penggunaan energi.
output: menghasilkan green product/service.
marketing: menambahkan green label dan kompetisi keunggulan produk.
lingkungan eksternal: mengurangi limbah emisi karbon yang berbahaya bagi alam.

Setelah mengetahui langkah – langkah dalam bisnis “Hijau” kita juga perlu mengetahui tingkat kehijauan dalam bisnis, seperti:
Tingkat 1, adalah perusahaan yang memproduksi produk – produk dan jasa yang bermanfaat bagi lingkungan.
Tingkat 2, adalah perusahaan yang telah mengambil langkah dalam mengganti produk dan/atau proses mereka dalam memproduksi ke dalam cara yang lebih ramah lingkungan.
Dan Tingkat yang paling terakhir adalah perusahaan – perusahaan yang telah melakukan perbaikan dalam bidang efisiensi proses atau mengganti imej brand mereka menjadi brand yang benar – benar hijau mulai dari bahan hingga proses yang di tempuh untuk menghasilkan suatu produk atau jasa.

Tanggapan Pasar
Bersamaan dengan kesadaran akan perubahan iklim yang tidak teratur sekarang ini, semua pihak mendambakan sebuah perubahan dalam kehidupan mereka yang dapat sedikit demi sedikit mengurangi kerusakan alam yang menjadi penyebab berbagai bencana yang melanda. Para investor mempunyai cara yang berbeda dalam menanggapi hal ini, mereka mulai bergerak dengan meninvestasikan asset mereka ke dalam industri yang dapat menjaga lingkungan tetap terjaga. Berbeda dengan para investor, kebanyakan kostumer tidak membelanjakan uang mereka untuk produk yang “hijau”. Mereka menanggap bahwa label “Hijau” pada suatu produk hanya sebagai bonus tambahan karena mereka masih mengutamakan konsep harga, kenyamanan dan performansi dari produk tersebut daripada label “hijau”nya. Sebagai contohnya adalah penggunaan kertas hasil daur-ulang. Masyarakat masih enggan menggunakan produk kertas dari hasil daur ulang karena masih mementingkan kenyamanan dan tingkat artistik, kertas daur ulang memang kurang performansinya daripada kertas baru karena mungkin lebih kasar atau memiliki warna yang kurang menarik sehingga permintaan pasar atas kertas baru masih sangat tinggi. Di sini lah letak permasalahan yang harus di taklukan agar masyarakat mau beralih pada produk yang “hijau” namun produk tersebut memenuhi standar permintaan mereka.

Setelah mampu memenuhi permintaan pasar tentang produk yang ideal, ada beberapa strategi yang harus dijalankan dalam menjalankan bisnis yang benar – benar ramah lingkungan. Langkah yang harus ditempuh adalah mengubah perusahaan ke dalam tingkat teratas klasifikasi perusahaan ramah lingkungan yang dapat dilakukan dengan cara:
1.      Mempunyai prinsip yang benar – benar menjunjung tinggi konsep Environment Friendly dalam setiap visi dan misi perusahaan dalam berbisnis.
2.      Memiliki proses bisnis ramah lingkungan. Misalnya menerapkan teknologi ramah lingkungan, memanfaatkan energy alternatif, menekan konsumsi energi, dan mengurangi emisi.
3.      Menghasilkan produk yang tidak berbahaya untuk alam atau bahkan memproduksi barang yang bisa didaur ulang sehingga dapat digunakan kembali.
4.      Mengadakan promosi dan pendekatan terhadap konsumen sehingga mereka mau menggunakan produk ramah lingkungan.

Kesimpulan
Bisnis dengan konsep ramah lingkungan memang belum diterapkan di semua industri yang ada di dunia. Dalam kaitannya menjaga dan melestarikan lingkungan, konsep “Go Green” adalah satu – satunya cara dalam berbisnis untuk mereduksi limbah yang dihasilkan.


References:
Dr. Sajal Kabiraj. Going Green: A Holistic Approach to Transform Business. (Journal). Avalaible on Proquest [Last visited on November 2012]
David G. Mandelbaum. Seeing Green: Environmental Friendliness as a Business Strategy. (Article 2008). Available on Proquest [Last visited on November 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar